EFEK TULISAN BERPUTAR

Rabu, 06 Agustus 2014

Memisahkan, Menyimpan, dan Inventarisasi Bahan Kimia

LAPORAN PRAKTIKUM
TEKNIK LABORATORIUM
MEMISAHKAN, MENYIMPAN, DAN INVENTARISASI BAHAN KIMIA


http://logo.engviet.com/files/2012/06/logo-untan.jpg
DISUSUN OLEH
NABILLA (F1071131029)
PENDIDIKAN BIOLOGI
KELAS A REGULER A

JURUSAN PMIPA
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS TANJUNGPURA
PONTIANAK
2014




PENDAHULUAN
Penyimpan atau penataan bahan kimia di laboratorium harus mengutamakan segi keamanan daripada keindahan atau segi yang lain, oleh karena itu pemahaman tentang sifat fisik dan kimia bahan-bahan menjadi pertimbangan utama. Penyimpanan tidak tepat bila berdasarkan urutan alfabetis, karena terdapat beberapa senyawa kimia yang apabila disatukan atau didekatkan dapat menimbulkan bahaya.
       Bahan laboratorium merupakan bahan yang digunakan dalam kegiatan praktikum di laboratorium, dapat berupa bahan kimia maupun bahan alami, yaitu bahan berupa benda atau makhluk hidup. Bahan laboratorium dibagi berdasarkan simbol bahayanya. Bahan laboratorium juga bervariasi dalam spesifikasinya.
Bahan kimia merupakan unsur utama dalam laboratorium. Jenis bahan kimia yang diperlukan dan digunakan bervariasi tergantung pada jenis kegiatan yang dilakukan dan frekuensi penggunaan bahan kimia tersebut. Agar pemakaian dan pengadaan bahan kimia terstruktur dan terorganisir, maka diperlukan investasi bahan.
Investarisasi bahan adalah pencatatan data seluruh bahan yang ada di laboratorium untuk diketahui jumlah seluruhnya, sehingga dapat diketahui pula bahan laboratorium apa yang perlu segera ditambah untuk keperluan praktikum. Kecukupan bahan kimia perlu diperhatikan karena hal tersebut dapat membantu kelancaran kerja di laboratorium.
            Strategi merupakan suatu rencana yang diutamakan untuk mencapai tujuan. Dalam hal penyimpanan zat dan bahan kimia stategi merupakan rencana yang dilakukan dalam melakukan penyimpanan bahan dan zat yang benar untuk mengurangi resiko kecelakaan di laboratorium. Penyimpanan zat dan bahan kimia sering diabaikan bahkan terkadang dilupakan. Untuk menghindari terabainya kegunaan penyimpanan zat dan bahan kimiadiperlukan strategi penyimpanan yang terperinci dan hati-hati. Tentu saja penting mengutamakan pertimbangan yang baik untuk penyimpanan bahan-bahan yang berbahaya, peralatan dan pemakaian zat dan bahan-bahan kimia untuk menjaga keselamatan kerja di laboratorium (Griffin, 2005).
Adapun peranan laboratorium antara lain: Sebagai tempat timbulnya berbagai masalah sekaligus sebagai tempat untuk memecahkan masalah tersebut, sebagai tempat untuk melatih keterampilan serta kebiasaan menemukan suatu masalah dan sikap teliti, sebagai tempat yang dapat mendorong semangat peserta didik untuk memperdalam pengertian dari suatu fakta yang diselidiki atau diamatinya, sebagai tempat untuk melatih peserta didik bersikap cermat, bersikap sabar dan jujur serta berpikir kritis dan cekatan, sebagai tempat mengembangkan ilmu pengetahuan . Peran laboratorium sebagai tempat untuk melatih keterampilan peserta didik dalam hal melakukan praktikum di perlukan pengawasan agar kontrol penggunaan bahan-bahan kimia dipergunakan dengan tepat.
            Pengaturan keselamatan penggunaan bahan-bahan kimia membutuhkan pengawasan yang rutin. Resiko pemakaian bahan-bahan kimia berbahaya dapat dikurangi dengan mengurangi jumlah pemakaian bahan-bahan kimia. Bahan-bahan kimia yang disimpan dalam lemari penyimpanan harus diperiksa minimal setahun sekali, bahan-bahan yang sudah tidak layak pakai dipindahkan atau dibuang  sedangkan bahan yang masih bisa digunakan disimpan kembali ditempat yang aman dan mudah untuk dijangkau. Bahan kimia yang ada di lab jumlahnya relatif banyak seperti halnya jumlah peralatan. Di samping jumlahnya cukup banyak juga bahan kimia dapat menimbulkan resiko bahaya cukup tinggi, oleh karena itu dalam pengelolaan laboratorium  aspek penyimpanan, penataan dan pemeliharaan bahan kimia merupakan bagian penting yang harus diperhatikan. Penyimpanan dan penataan bahan kimia berdasarkan urutan alfabetis tidaklah tepat, kebutuhan itu hanya diperlukan untuk melakukan proses pengadministrasian. Pengurutan secara alfabetis akan lebih tepat apabila bahan kimia sudah dikelompokkan menurut sifat fisis, dan sifat kimianya terutama tingkat kebahayaannya (Fluka, 2003/2004).
            Bahan berbahaya adalah bahan-bahan yang pembuatan, pengolahan, pengangkutan, penyimpanan dan penggunaanya menimbulkan atau membebaskan debu, kabut, uap, gas, serat, atau radiasi sehingga dapat menyebabkan iritasi, kebakaran, ledakan, korosi, keracunan dan bahaya lain dalam jumlah yang memungkinkan gangguan kesehatan bagi orang yang berhubungan langsung dengan bahan tersebut atau meyebabkan kerusakan pada barang-barang, sehingga strategi penyimpanan yang baik sangat perlu dilakukan untuk menghidarikecelakaan kerja di laboratorium.
Kinerja dalam melakukan inventarisasi alat dan bahan meliputi memberi label pada alat dan bahan; membuat daftar inventarisasi; memeriksa kondisi alat dan bahan tiap akhir bulan dan membuat daftar alat dan bahan yang perlu diganti/dibeli. Saputra (2012) menyatakan bahwa kinerja administrasi pengelola laboratorium menunjukkan hasil yang rendah jika dibandingkan dengan kinerja teknis/profesi. Hal tersebut terjadi karena pengelola belum mendapatkan sosialisasi tentang pentingnya melakukan inventarisasi alat dan bahan praktikum. Alat dan bahan praktikum belum didata secara sistematis dan kurang dilakukan perawatan, sehingga banyak alat dan bahan yang rusak, hilang dan tidak dimanfaatkan. Hal tersebut menyebabkan pelaksanaan praktikum di dalam laboratorium kurang maksimal. Langkah yang harus ditempuh pengelola adalah dengan membuat buku inventarisasi alat dan bahan. Penggunaan program database di dalam komputer akan mempermudah pengelola dalam mencatat semua alat dan bahan yang ada di dalam laboratorium (Anggraeni, 2013).

Hal umum yang harus menjadi perhatian di dalam penyimpanan dan penataan bahan kimia diantaranya meliputi aspek:
ª                       pemisahan (segregation),
ª                       tingkat resiko bahaya (multiple hazards),
ª                       pelabelan (labeling),
ª                       fasilitas penyimpanan (storage facilities),
ª                       wadah sekunder (secondary containment),
ª                       bahan kadaluarsa (outdate chemicals),
ª                       inventarisasi (inventory), dan
ª                       informasi resiko bahaya (hazard information).
Setelah dikelompokkan berdasarkan sifat fisik dan tingkat bahaya, maka selanjutnya penataan secara alfabetis dapat dilakukan.
Bahan tidak tersatukan
Bahan kimia yang tidak boleh disimpan dengan bahan kimia lain, harus disimpan secara khusus dalam wadah sekunder yang terisolasi. Hal ini dimaksudkan untuk mencegah pencampuran dengan sumber bahaya lain seperti api, gas beracun, ledakan, atau degradasi kimia.
Zat Kimia dengan banyak sifat bahaya
Banyak bahan kimia yang memiliki sifat lebih dari satu jenis tingkat bahaya. Penyimpanan bahan kimia tersebut harus didasarkan atas tingkat risiko bahayanya yang paling tinggi. Misalnya benzena memiliki sifat flammable dan toxic. Sifat dapat terbakar dipandang memiliki resiko lebih tinggi daripada timbulnya karsinogen. Oleh karena itu penyimpanan benzena harus ditempatkan pada cabinet tempat menyimpan zat cair flammable daripada disimpan pada cabinet bahantoxic.
Berikut ini merupakan panduan umum untuk mengurutkan tingkat bahaya bahan kimia dalam kaitan dengan penyimpanannya.
Bahan Radioaktif > Bahan Piroforik > Bahan Eksplosif > Cairan Flammable > Asam/basa Korosif > Bahan Reaktif terhadap Air > Padatan Flammable > Bahan Oksidator > Bahan Combustible > Bahan Toksik > Bahan yang tidak memerlukan pemisahan secara khusus
Wadah dan Label
Wadah bahan kimia dan lokasi penyimpanan harus diberi label yang jelas. Label wadah harus mencantumkan nama bahan, tingkat bahaya, tanggal diterima dan dipakai. Alangkah baiknya jika tempat penyimpanan masing-masing kelompok bahan tersebut diberi label dengan warna berbeda. Misalnya warna merah untuk bahan flammable, kuning untuk bahan oksidator, biru untuk bahan toksik, putih untuk bahan korosif, dan hijau untuk bahan yang bahayanya rendah.
Selain label perlu dicantumkan informasi pada botol reagen (pada label) atau dengan menggunakan kartu khusus bila reagen merupakan hasil pencampuran, diantaranya :
ª                       Nama kimia dan rumusnya
ª                       Konsentrasi
ª                       Tanggal penerimaan
ª                       Tanggal pembuatan
ª                       Nama yang membuat reagen
ª                       Lama hidup (kadaluarsa)
ª                       Tingkat bahaya
ª                       Klasifikasi lokasi penyimpanan
ª                       Nama dan alamat pabrik
Sebaiknya bahan kimia ditempatkan pada fasilitas penyimpanan secara tertutup seperti dalam cabinet, loker, dsb. Tempat penyimpanan harus bersih, kering dan jauh dari sumber panas atau kena sengatan sinar matahari. Di samping itu tempat penyimpanan harus dilengkapi dengan ventilasi yang menuju ruang asap atau ke luar ruangan.
Bahan kimia cair yang berbahaya harus disimpan pula dalam wadah sekunder seperti baki plastik untuk mencegah timbulnya kecelakaan akibat bocor atau pecah. Wadah sekunder yang diperlukan harus didasarkan atas ukuran wadah yang langsung diisi bahan kimia, tidak atas dasar volume bahan cair yang ada dalam wadahnya (Emha, 2002).
Secara umum pengelompokkan bahan berbahaya yang memerlukan wadah sekunder adalah :
Cairan flammable dan combustible serta pelarut terhalogenasi misalnya alkohol, eter, trikloroetan, perkloroetan dsb.
Asam-asam mineral pekat misalnya asam nitrat, asam klorida, asam sulfat, asam florida, asam fosfat dsb.
Basa-basa pekat misalnya amonium hidroksida, natrium hidroksida, dan kalium hidroksida.
Bahan radioaktif
Bahan Kadaluarsa
Bahan kimia kadaluarsa, bahan kimia yang tidak diperlukan, bahan kimia yang rusak, dan bahan hasil atau sisa pekerjaan di lab harus dibuang melalui unit pengelolaan limbah yang disesuaikan dengan sifat bahan. Terdapat beberapa bahan yang harus dibuang terpisah dari bahan lain seperti logam berat yang bersifat toxic dan tidak terhancurkan. Apabila tidak terdapat pengolahan limbah yang memadai, sediakan wadah khusus seperti tong plastik untuk menampung dan kemudian buang melalui perusahaan pengolahan limbah kimia.
            Penyimpanan bahan kimia sangat perlu untuk: , Mengurangi segala resiko yang timbul, Mencegah mengatasi kehilangan, pencurian , kebakaran, kerusakan dan penyalahgunaan, Menekan biaya operasional laboratorium sekecil mungkin, Peningkatan kwalitas kerja/SDM untuk mengelola laboratorium secara optimal, Memudahkan rencana penambahan bahan yang  baru, Merencanakan perbaikan atau servis, Informasi peralatan bagi user/pemakainya. Setiap bahan kimia memiliki sifat fisik dan kimia yang berbeda-beda. Maka, hal-hal harus menjadi diperhatian dalam penyimpanan dan penataan bahan kimia meliputi aspek pemisahan (segregation), tingkat resiko bahaya (multiple hazards), pelabelan (labeling), fasilitas penyimpanan (storage facilities), wadah sekunder (secondary containment), bahan kadaluarsa (outdate chemicals), inventarisasi (inventory), dan informasi resiko bahaya (hazard information).
Prinsip yang perlu diperhatikan dalam penyimpanan bahan di laboratorium:
1. Aman                  : bahan disimpan supaya aman dari pencuri.
2. Mudah dicari       : Untuk memudahkan mencari letak bahan, perlu diberi tanda yaitu dengan menggunakan label pada setiap tempat penyimpanan bahan (lemari, rak atau laci).
3. Mudah diambil    : Penyimpanan bahan diperlukan ruang penyimpanan dan perlengkapan (Lindawati, 2010)    
            Pada bahan, pengurutan secara alfabetis akan tepat jika dikelompokkan menurut sifat fisis dan sifat kimianya terutama tingkat kebahayaannya untuk pengadministrasian. Bahan kimia yang tidak boleh disimpan dengan bahan kimia lain, harus disimpan secara khusus dalam wadah sekunder yang terisolasi. Hal ini untuk mencegah pencampuran dengan sumber bahaya lain seperti api, gas beracun, ledakan atau degradasi kimia. Misalnya benzena memiliki sifat flammable dan toxic. Oleh karena itu harus ditempatkan pada lemari tempat menyimpan zat cair flammabledaripada disimpan pada lemari bahan toxic, karena benzena mudah terbakar daripada beracun. Di bawah ini panduan umum untuk mengurutkan tingkat bahaya bahan kimia dalam kaitan dengan penyimpanannya.

1.      Bahan Radioaktif > Bahan Piroforik > Bahan Eksplosif >
2.      Cairan Flammable > Asam/basa Korosif > Bahan Reaktif
3.      terhadap Air > Padatan Flammable > Bahan Oksidator >
4.      Bahan Combustible > Bahan Toksik > Bahan yang tidak
5.      memerlukan pemisahan secara khusus
            Wadah dan tempat penyimpanan harus diberi label yang mencantumkan nama bahan, tingkat bahaya, tanggal diterima dan dipakai. Misalnya warna merah untuk bahanflammable, kuning untuk bahan oksidator, biru untuk bahan toksik, putih untuk bahan korosif, dan hijau untuk bahan yang bahayanya rendah.
Di samping pemberian label pada lokasi penyimpanan, pelabelan pada botol reagen juga penting. Informasi yang harus dicantumkan pada botol reagen diantaranya :
- Nama kimia dan rumusnya                  - Konsentrasi
- Tanggal penerimaan                            - Tanggal pembuatan
- Nama orang yang membuat reagen     - Lama hidup
- Tingkat bahaya                                   - Klasifikasi lokasi penyimpanan
- Nama dan alamat pabrik
Tempat penyimpanan bahan kimia harus bersih, kering, jauh dari sumber panas atau sinar matahari langsung dan dilengkapi dengan ventilasi yang menuju ruang asap atau ke luar ruangan.
Bahan kimia cair yang berbahaya harus disimpan dalam wadah sekunder seperti wadah plastik untuk mencegah timbulnya kecelakaan akibat bocor atau pecah. Secara umum pengelompokkan bahan berbahaya yang memerlukan wadah sekunder adalah :
Cairan flammable dan combustible serta pelarut terhalogenasi misalnya alkohol, eter, trikloroetan, perkloroetan dsb.
Asam-asam mineral pekat misalnya asam nitrat, asam klorida, asam sulfat, asam florida, asam fosfat dsb.
Basa-basa pekat misalnya amonium hidroksida, natrium hidroksida, dan kalium hidroksida.
Bahan radioaktif
Bahan kimia kadaluarsa, bahan kimia yang tidak diperlukan, dan bahan kimia yang rusak harus dibuang melalui unit pengelolaan limbah. Di bawah ini, panduan cara penyimpanan dan penataan bahan kimia untuk bahan kimia menurut kelompok tingkat bahayanya.
·      Penyimpanan dan penataan bahan kimia radioaktif
Bahan radioaktif harus disimpan di tempat yang terawasi dan terjaga keamanannya. Pada tempat penyimpanan harus dituliskan kata “HATI-HATI BAHAN RADIOAKTIF ( CAUTION RADIOACTIVE MATERIALS)”. Diperlukan catatan jumlah bahan dan perhatikan batas jumlah penyimpanan yang diperbolehkan.
·      Penyimpanan dan penataan bahan kimia reaktif
Bahan reaktif dikategorikan sebagai bahan yang bereaksi sendiri atau berpolimerisasi menghasilkan api atau gas toksik ketika ada perubahan tekanan atau suhu, gesekan, atau kontak dengan uap lembab, misalnya padatan flammable yang reaktif terhadap air. Bahan kimia reaktif biasanya dikelompokkan menjadi bahan kimiapiroforik, eksplosif, pembentuk peroksida, dan reaktif air. Bahan piroforik adalah bahan yang dapat terbakar ketika kontak dengan udara pada suhu < 54,44 0C.
 Bahan kimia piroforik ada yang berupa padatan seperti fosfor, cairan seperti tributilaluminium atau gas seperti silan. Bahan piroforik harus disimpan di dalam lemari flammable secara terpisah dari cairan flammable dan cairan combustible. Unsur fosfor harus disimpan dan dipotong dalam air. Demikian gas silan harus disimpan secara khusus.
Bahan eksplosif adalah bahan yang dapat menimbulkan ledakan yang diakibatkan oleh penguraian bahan secara cepat dan menghasilkan pelepasan energi dalam bentuk panas, api dan perubahan tekanan yang tinggi. Faktor yang menunjang timbulnya ledakan dari bahan kimia di laboratorium diantaranya :
(1)   Kandungan oksigen senyawa. Beberapa peroksida (misalnya benzyol peroksida kering) dan oksidator kuat lainnya mudah meledak,
(2)   Gugus reaktif. beberapa senyawa seperti hidrazin memiliki gugus oksidatif dan reduktif, sehingga sangat tidak stabil. Beberapa senyawa nitro (misalnya Trinitrotoluen/TNT, azida, asam pikrat kering) juga mudah meledak.
Beberapa eter dan senyawa sejenis cenderung bereaksi dengan udara dan cahaya membentuk senyawa peroksida yang tidak stabil. Bahan kimia yang dapat membentuk peroksida diantaranya p-dioksan, etil eter, tetrahidrofuran, asetaldehid, dan sikloheksena. Cara yang harus diperhatikan dalam penyimpanannya sebagi berikut :
Simpan bahan kimia pembentuk peroksida dalam botol tertutup rapat (tidak kontak dengan udara) atau dalam wadah yang tidak terkena cahaya.
Berikan label pada wadah tentang tanggal diterima dan dibuka bahan tersebut.
Uji secara periodik (3 atau 6 bulan) terjadinya pembentukan peroksida. Buanglah peroksida yang telah dibuka setelah 3 – 6 bulan
Buanglah wadah bahan kimia pembentuk peroksida yang tidak pernah dibuka sesuai batas kadaluarsa yang diberikan pabrik atau 12 bulan setelah diterima.
 Bahan yang reaktif air apabila kontak dengan udara lembab saja akan menghasilkan senyawa toksik, flammable, atau gas mudah meledak. Misalnya hipoklorit dan logam hidrida. Oleh karena itu penyimpanan bahan kimia ini harus dijauhkan dari sumber air (jangan menyimpannya di bawah atau di atas bak cuci, dst.). Gunakan pemadam api dengan bahan kimia kering apabila terjadi kebakaran dengan bahan ini. Simpan dalam desikator yang diisi dengan silica gel.
·      Penyimpanan dan penataan bahan kimia korosif
Bahan kimia korosif terdiri dari dua macam yaitu asam dan basa. Asam-asam yang berwujud cairan diklasifikasi menjadi tiga jenis yaitu asam-asam organic(misalnya asam asetat glacial, asam format), asam mineral (misalnya asam klorida dan asam fosfat) dan asam mineral oksidator (misalnya asam kromat, asam florida, asam perklorat, dan asam berasap seperti asam nitrat dan asam sulfat). Panduan penyimpanan untuk kelompok asam ini diantaranya:
Pisahkan asam-asam tersebut dari basa dan logam aktif seperti natrium (Na), kalium (K), kalsium (Ca), magnesium (Mg) dll.
Pisahkan asam-asam organik dari asam mineral dan asam mineral oksidator,
Penyimpanan asam organik biasanya dibolehkan dengan cairan flammable dancombustible.
Pisahkan asam dari bahan kimia yang dapat menghasilkan gas toksik dan dapat menyala seperti natrium sianida (NaCN), besi sulfida (FeS), kalsium karbida (CaC2) dan lain-lain.
Gunakan wadah sekunder untuk menyimpan asam itu, dan gunakan botol bawaannya ketika dipindahkan ke luar lab.
Simpanlah botol asam pada tempat dingin dan kering, dan jauhkan dari sumber panas atau tidak terkena langsung sinar matahari.
Simpanlah asam dengan botol besar pada kabinet atau lemari rak asam. Botol besar disimpan pada rak lebih bawah daripada botol lebih kecil.
Simpanlah wadah asam pada wadah sekunder seperti baki plastic untuk menghindari cairan yang tumpah atau bocor. Baki plastic atau panci kue dari pyrex sangat baik digunakan lagi pula murah harganya. Khusus asam perklorat harus disimpan pada wadah gelas atau porselen dan jauhkan dari bahan kimia organik.
Jauhkan asam oksidator seperti asam sulfat pekat dan asam nitrat dari bahanflammable dan combustible.
Penyimpanan basa padatan atau cairan seperti amonium hidroksida (NH4OH), kalsium hidroksida, Ca(OH)2, kalium hidroksida (KOH), natrium hidroksida (NaOH) harus dilakukan sebagai berikut :
Pisahkan basa dari asam, logam aktif, bahan eksplosif, peroksida organik, dan bahan flammable.
Simpan larutan basa anorganik dalam wadah polyethylene (plastik).
Tempatkan wadah larutan basa dalam baki plastik untuk menghindari pecah atau keborocan.
Simpanlah botol-botol besar larutan basa dalam lemari rak atau cabinet yang tahan korosif. Botol besar disimpan pada rak lebih bawah daripada botol lebih kecil.
·      Penyimpanan dan penataan bahan kimia Flammable dan Combustible
Bahan kimia padatan yang cepat terbakar karena gesekan, panas ataupun reaktif terhadap air dan spontan terbakar dinamakan padatan flammable. Misalnya asam pikrat, kalsium karbida, fosfor pentaklorida, litium, dan kalium. Padatanflammable harus disimpan dalam lemari flammable dan dijauhkan dari cairanflammble atau cairan combustible.
Cairan bahan kimia flammable dan combustible diklasifikasi menurut titik bakar/nyala (flash point) dan titik didihnya (boiling point). Bahan kimia flammabledapat disimpan dengan bahan kimia combustible, asam organik combustible (misalnya asetat), pelarut non-flammable (metilklorida). Beberapa cairan flammable yang umumnya dijumpai diantaranya adalah asetaldehid, aseton, heksana, toluen, ksilena, etanol. Secara umum penyimpanan cairan flammable di laboratorium sebagai berikut .
Wadah dari gelas jangan digunakan untuk menyimpan cairan flammable. Pelarut dengan kualitas teknis harus disimpan dalam wadah logam.
Cairan flammable yang memerlukan kondisi dingin, hanya disimpan pada kulkas yang bertuliskan “Lab-Safe” atau “Flammable Storage Refrigerators”. Jangan sekali-kali menyimpan cairan flammable di dalam kulkas biasa.
Jauhkan bahan flammable dari oksidator.
Hindari penyimpanan cairan flammable dari panas, sengatan matahari langsung, sumber nyala atau api.
·        Penyimpanan dan penataan bahan kimia oksidator
Bahan kimia yang termasuk oksidator adalah bahan kimia yang menunjang proses pembakaran dengan cara melepaskan oksigen atau bahan yang dapat mengoksidasi senyawa lain. Misalnya kalium permanganat (KMnO4), feri klorida (FeCl3), natrium nitrat (NaNO3), hidrogen peroksida (H2O2). Bahan kimia oksidator harus dipisahkan dari bahan-bahan flammable dan combustible serta bahan kimia reduktor seperti seng (Zn), logam alkali (litium = Li, natrium = Na, kalium = K, rubidium = Rb) dan asam formiat (HCOOH). Jangan menyimpan pada wadah/tempat yang terbuat dari kayu dan jangan berdekatan dengan bahan lain yang mudah terbakar. Simpan pada tempat dingin dan kering.
·      Penyimpanan dan penataan bahan kimia beracun (toxic)
Bahan kimia ini terdiri dari bahan beracun tinggi (highly toxic) dengan ciri memiliki oral rate LD50 (Lethal Dosis 50%) < 50 mg/kG, beracun (toxic) dengan oral rate LD50 50-100 mg/kG dan sebagai bahan kimia karsinogen (penyebab kanker) disimpan dalam wadah yang tidak mudah pecah, dan tertutup rapat.
·      Penyimpanan dan penataan bahan kimia sensitif cahaya
Penyimpanan bahan kimia yang sensitif cahaya harus dipisahkan atas dasar tingkat kebahayaannya. Misalnya brom dengan oksidator, arsen dengan senyawa beracun. Beberapa concoh senyawa sensitif cahaya diantaranya brom (Br2), garam merkuri, kalium ferosianida, K4[Fe(CN)6], natrium iodida (NaI) dan lain-lain. Bahan sensitif cahaya disimpan dalam botol berwarna coklat (amber bottle).
·      Penyimpanan dan penataan Gas Terkompresi (Compressed Gases)
Cara penyimpanan bahan kimia gas diantaranya:
1.      Pisahkan dan tandai mana tabung gas yang berisi dan mana yang kosong.
2.      Amankan bagian atas dan bawah silinder dengan menggunakan rantai dan rak logam.
3.      Atur regulator ketika gas dalam silider digunakan.
4.      Pasang tutup pentil ketika silinder tidak digunakan.
5.      Jauhkan silinder dari sumber panas, bahan korosif bahan berasap maupun bahan mudah terbakar.
6.      Pisahkan silinder yang satu dengan yang lainnya jika gas dari silinder satu dapat menimbulkan reaksi dengan gas dari silinder lain.
7.      Gunakan lemari asap untuk mereaksikan gas yang diambil dari silinder.
8.      Gunakan gerobak yang dilengkapi rantai ketika memindahkan silinder gas berukuran besar.
9.      Jagalah sumbat katup jangan sampai lepas ketika menggesergeserkan silinder, karena gas dalam silinder memiliki tekanan tinggi.
Simbol-Simbol/ Rambu-rambu Bahan Kimia Berbahaya
·        Inflammable substances (bahan mudah terbakar)
Bahan mudah terbakar terdiri dari sub-kelompok bahan peledak, bahan pengoksidasi, bahan amat sangat mudah terbakar (extremely flammable substances) dan bahan sangat mudah terbakar (highly flammable substances).
1.      Explosive (bersifat mudah meledak)
Huruf kode: E
2.  Oxidizing (pengoksidasi)
Huruf kode: O
3.  Extremely flammable (amat sangat mudah terbakar)
Huruf kode:F+
4.  Highly flammable (sangat mudah terbakar)
Huruf kode: F
·      Bahan-bahan berbahaya bagi kesehatan
Suatu parameter penting untuk menilai toksisitas akut suatu zat adalah harga LD50 yang ditentukan dalam percobaan pada hewan uji. Harga LD50 merefleksikan dosis yang mematikan dalam mg per kg berat badan yang akan menyebabkan kematian 50% dari hewan uji, antara 14 hari setelah one single administration. Istilah bahan berbahaya untuk kesehatan termasuk sub-grup bahan bersifat sangat beracun (very toxic substances), bahan beracun (toxic substances) dan bahan berbahaya (harmful substances).
1.  Very toxic (sangat beracun)
Huruf kode: T+

2.  Toxic (beracun)
Huruf kode: T
3.  Harmful (berbahaya)
Huruf kode: Xn


·      Bahan-bahan yang merusak jaringan (tissue destroying substances)
‘Tissue destroying substances’ meliputi sub-grup bahan korosif (corrosive substances) dan bahan iritan (irritant substances)
ª                       Corrosive (korosif)
Huruf kode: C
ª                       Irritant (menyebabkan iritasi)
Huruf kode : Xi
·      Bahan berbahaya bagi lingkungan (Balbach, 1996).
Ditemukan beberapa permasalahan dalam praktikum ini, yaitu perbedaan diantara Technical Grade (TG) dan Laboratory Grade (LG) dan alasan kenapa perlu mengetahui perbedaan keduanya. Selain itu alasan kenapa larutan asam tidak disimpan bersama beberapa bahan yang bersifat higroskopik dan alasan kenapa diperlukan pengecekan rutin untuk bahan kimia.
Praktikum ini bertujuan untuk mengetahui cara memisahkan, menyimpan, dan inventarisasi bahan kimia.
METODOLOGI
Praktikum ini dilakukan pada hari Rabu tanggal 23 April 2014 yang bertempat di Laboratorium Pendidikan Biologi 1. Adapun bahan-bahan kimia yang digunakan untuk pengamatan ini adalah kristal violet, acetid acis, ethanol (alkohol), mercury, dextrosa (gula), sodium nitrat, kalium permanganat, albumin fraktion, dan kloroform. Pertama-tama bahan kimia yang telah dipersiapkan oleh instruktur/pembimbing dikategorikan berdasarkan bentuknya, sifat, dan kategori tingkat bahayanya. Kemudian dibuat tabel dan bahan kimia tersebut diletakkan sesuai dengan peraturan agar tidak terjadi incompatibility.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Berikut adalah tabel hasil pengamatan:
No
Nama bahan kimia (Indonesia/Inggris)
Sifat (asam/basa/garam/organik)
Bentuk
(c/l/g)
Rumus
Grade
(LG/TG)
Tingkat Bahaya
1.
Kristal acid
organik
c
C25H3
LG
Bahaya
harmful irritant.png
environmental.png
2.
Acetid acid
asam
l
CH3COOH
TG
tidak terlalu berbahaya
flammable.jpg
oxidizing.png
3.
Ethanol (alkohol)
organik
l
C2H5OH
LG
tidak terlalu berbahaya
flammable.jpg
4.
Mercury
garam
l
Hg
TG
sangat berbahaya
images.jpg
5.
Dextrosa (gula)
organik
c
C6H12O6
LG
tidak berbahaya
6.
Sodium nitrat
basa
c
NaNO3
LG
Bahaya
flammable.jpg
7.
Kalium permanganat
asam
c
KMNO4
LG
Bahaya
8.
Albumin fraktion
organik
c
C6H12O6H2O
LG
tidak berbahaya
environmental.png

harmful irritant.png
flammable.jpg
9.
Cloroform
asam
l
CHCl3
LG
Bahaya
images (3).jpg

Seperti yang telah diketahui bahwa investarisasi bahan adalah pencatatan data seluruh bahan yang ada di laboratorium untuk diketahui jumlah seluruhnya, sehingga dapat diketahui pula bahan laboratorium apa yang perlu segera ditambah untuk keperluan praktikum. Kecukupan bahan kimia perlu diperhatikan karena hal tersebut dapat membantu kelancaran kerja di laboratorium.
Yang dimaksud Technical Grade adalah bahan yang sangat berbahaya bagi seluruh objek dan hanya digunakan industri tertentu, sedangkan Laboratory Grade adalah bahan yang hanya berbahaya bagi beberapa aspek dan bisa digunakan untuk penelitian serta cukup aman.
Label dan simbol bahaya bahan-bahan kimia serta cara penanganan secara umum sebagai berikut :
a.      Explosive (bersifat mudah meledak)

         Bahaya            : eksplosif pada kondisi tertentu
         Contoh            : amonium nitrat, nitrodelulosa
         Keamanan       : hindari benturan, gesekan, loncatan api dan panas.

Bahan dan formulasi yang ditandai dengan notasi bahaya ‘explosive’ dapat meledak dengan pukulan/benturan, gesekan, pemanasan, api dan sumber nyala lain. Ledakan akan dipicu oleh suatu reaksi keras dari bahan. Energi tinggi dilepaskan dengan propagasi gelombang udara yang bergerak sangat cepat. Resiko ledakan dapat ditentukan dengan metode yang diberikan dalam Law for Explosive Substances Di laboratorium, campuran senyawa pengoksidasi kuat dengan bahan mudah terbakar atau bahan pereduksi dapat meledak . Sebagai contoh, asam nitrat dapat menimbulkan ledakan jika bereaksi dengan beberapa solven seperti aseton, dietil eter, etanol, dll. Produksi atau bekerja dengan bahan mudah meledak memerlukan pengetahuan dan pengalaman praktis maupun keselamatan khusus. Apabila bekerja dengan bahan-bahan tersebut kuantitas harus dijaga sekecil/sedikit mungkin baik untuk penanganan maupun persediaan/cadangan. Frase-R untuk bahan mudah meledak : R1, R2 dan R3.
Bahan kimia bersifat dapat meledak dengan adanya panas, percikan bunga api, guncangan atau gesekan. Misal KClO3, NH4NO3C6H2(NO2)3CH3.

b.      Oxidizing (pengoksidasi)
         Bahaya                        : oksidator dapat membakar bahan lain, penyebab timbulnya api atau penyebab sulitnya pemadaman api
         Contoh                        : hidrogen peroksida, kalium perklorat
         Keamanan       : hindari panas serta bahan mudah terbakar dan reduktor
Bahan-bahan dan formulasi yang ditandai dengan notasi bahaya “oxidizing“ biasanya tidak mudah terbakar. Tetapi bila kontak dengan bahan mudah terbakar atau bahan sangat mudah terbakar mereka dapat meningkatkan resiko kebakaran secara signifikan. Dalam berbagai hal mereka adalah bahan anorganik seperti garam (salt-like) dengan sifat pengoksidasi kuat dan peroksida-peroksida organik. Frase-R untuk bahan pengoksidasi : R7, R8 dan R9. Misal KMnO4, H2O2, K2Cr2O7.

c.       Flammable (mudah terbakar)

Bahaya  : mudah terbakar
Meliputi :
1.                       Zat terbakar langsung, contohnya aluminium alkil fosfor, keamanan : hindari campuran dengan udara.
2.                       Gas amat mudah terbakar. Contoh : butane, propane. Keamanan : hindari campuran dengan udara dan hindari sumber api.
3.                       Zat sensitive terhadap air, yakni zat yang membentuk gas mudah terbakar bila kena air atau api.
4.                       Cairan mudah terbakar, cairan dengan titik bakar di bawah 21°C. contoh : aseton dan benzene. Keamanan : jauhkan dari sumber api dan loncatan bunga api.
Jenis bahaya flammable dibagi menjadi dua yaitu ‘Extremely flammable’ (amat sangat mudah terbakar) dan Highly flammable (sangat mudah terbakar). Untuk Bahan-bahan dan formulasi yang ditandai dengan notasi bahaya “extremely flammable “ merupakan liquid yang memiliki titik nyala sangat rendah (di bawah 0oC) dan titik didih rendah dengan titik didih awal (di bawah +35oC). Bahan amat sangat mudah terbakar berupa gas dengan udara dapat membentuk suatu campuran bersifat mudah meledak di bawah kondisi normal. Frase-R untuk bahan amat sangat mudah terbakar adalah R12. Sedangkan untuk Bahan dan formulasi ditandai dengan notasi bahaya ‘highly flammable’ adalah subyek untuk self-heating dan penyalaan di bawah kondisi atmosferik biasa, atau mereka mempunyai titik nyala rendah (di bawah +21oC). Beberapa bahan sangat mudah terbakar menghasilkan gas yang amat sangat mudah terbakar di bawah pengaruh kelembaban. Bahan-bahan yang dapat menjadi panas di udara pada temperatur kamar tanpa tambahan pasokan energi dan akhirnya terbakar, juga diberi label sebagai ‘highly flammable’. Frase-R untuk bahan sangat mudah terbakar yaitu R11.

d.      Toxic (beracun)
         Bahaya      : toksik berbahaya bagi kesehatan bila terhisap, tertelan atau kontak dengan kulit, dan dapat mematikan.
         Contoh      : arsen triklorida, merkuri klorida.
         Kemananan: hindari kontak atau masuk dalam tubuh, segera berobat ke dokter bila kemungkinan keracunan.
Bahan dan formulasi yang ditandai dengan notasi bahaya ‘toxic’ dapat menyebabkan kerusakan kesehatan akut atau kronis dan bahkan kematian pada konsentrasi sangat tinggi jika masuk ke tubuh melalui inhalasi, melalui mulut (ingestion), atau kontak dengan kulit.
Suatu bahan dikategorikan beracun jika memenuhi kriteria berikut:
-          LD50 oral (tikus)                                                        25 – 200 mg/kg berat badan
-          LD50 dermal (tikus atau kelinci)                                50 – 400 mg/kg berat badan
-          LC50 pulmonary (tikus) untuk aerosol /debu             0,25 – 1 mg/L
-          LC50 pulmonary (tikus) untuk gas/uap                      0,50 – 2 mg/L
Frase-R untuk bahan beracun yaitu R23, R24 dan R25

e.       Harmful irritant (bahaya, iritasi)

Kode Xn (Harmful)
·  Bahaya             :  menimbulkan kerusakan kecil pada tubuh
·  Contoh             :  peridin
·  Kemanan          : hindari kontak dengan tubuh atau hindari menghirup, segera berobat ke dokter bila kemungkinan keracunan.


Kode Xi (irritant)
·  Bahaya            : iritasi terhadap kulit, mata, dan alat pernapasan
·  Contoh            : ammonia dan benzyl klorida
·  Keamanan       : hindari terhirup pernapasan, kontak dengan kulit dan mata.

Ada sedikit perbedaan pada symbol ini yaitu dibedakan dengan kode Xn dan Xi. Untuk Bahan dan formulasi yang ditandai dengan kode Xn memiliki resiko merusak kesehatan sedangkan jika masuk ke tubuh melalui inhalasi, melalui mulut (ingestion), atau kontak dengan kulit.
Suatu bahan dikategorikan berbahaya jika memenuhi kriteria berikut:
-          LD50 oral (tikus)                                                        200-2000 mg/kg berat badan
-          LD50 dermal (tikus atau kelinci)                                400-2000 mg/kg berat badan
-          LC50 pulmonary (tikus) untuk aerosol /debu             1 – 5 mg/L
-          LC50 pulmonary (tikus) untuk gas/uap                      2 – 20 mg/L
Frase-R untuk bahan berbahaya yaitu R20, R21 dan R22.
Sedangkan Bahan dan formulasi dengan notasi ‘irritant’ atau kode Xi adalah tidak korosif tetapi dapat menyebabkan inflamasi jika kontak dengan kulit atau selaput lendir. Frase-R untuk bahan irritant yaitu R36, R37, R38 dan R41.

f.        Corrosive (korosif)
·  Bahaya                        : korosif atau merusak jaringan tubuh manusia
·  Contoh                        :   klor, belerang dioksida
·  Keamanan       : hindari terhirup pernapasan, kontak dengan kulit dan mata

Bahan dan formulasi dengan notasi ‘corrosive’ adalah merusak jaringan hidup. Jika suatu bahan merusak kesehatan dan kulit hewan uji atau sifat ini dapat diprediksi karena karakteristik kimia bahan uji, seperti asam (pH <2 atau pH>11,5), ditandai sebagai bahan korosif. Frase-R untuk bahan korosif yaitu R34 dan R35. Bahan kimia bersifat korosif,  dapat merusak jaringan hidup, menyebabkan iritasi pada kulit, gatal-gatal bahkan dapat menyebabkan kulit mengelupas. Misal H2SO4, HNO3, HCl.
g.      Dangerous for Enviromental (Bahan berbahaya bagi lingkungan)
         Bahaya      :bagi lingkungan, gangguan ekologi
         Contoh      :tributil timah klorida, tetraklorometan, petroleum bensin
         Keamanan : hindari pembuangan langsung ke lingkungan
Bahan dan formulasi dengan notasi ‘dangerous for environment’ adalah dapat menyebabkan efek tiba-tiba atau dalam sela waktu tertentu pada satu kompartemen lingkungan atau lebih (air, tanah, udara, tanaman, mikroorganisma) dan menyebabkan gangguan ekologi. Frase-R untuk bahan berbahaya bagi lingkungan yaitu R50, R51, R52 dan R53. Bahan kimia bersifat berbahaya bagi satu atau beberapa komponen dalam lingkungan kehidupan. Misal AgNO3, Hg2Cl2, HgCl2.

PENUTUP
Berdasarkan hasil pengamatan diketahui bahwa banyak sekali bahan-bahan kimia yang berbahaya dan tentu saja bahan-bahan tersebut perlu diberikan perlakuan khusus dalam menanganinya seperti memisahkan, menyimpan, dan menginventarisasi bahan tersebut. Dengan tingkat berbahaya dan kegunaan berbeda-beda tentu saja akan berakibat fatal jika tidak diperhatikan atau teliti dalam penggunaannya, jika kita tidak tahu bahan apa tersebut, lalu salah menyimpan ditempat yang bisa menyebabkan kecelakaan, dan tersatu dengan bahan lain.
Saran saya diharapkan pemberitahuan pengumpulan tugas tidak mendadak, dan berubah-ubah. Karena Rabu lalu disuruh mengumpulkan 1 laporan dan hari-H disuruh 2, karena kami juga banyak tugas dan laporan lain.
DAFTAR PUSTAKA
Anggraeni, Aprilianingtyas.2013. Jurnal Bahan Kimia.Volume:2, No 3. (online) http://journal.unnes.ac.id/sju/index.php/ujbe/article/view/3091/2858 (diakses pada 27 April 2014).
Emha, H. 2002. Pedoman Penggunaan Laboratorium Sekolah. Bandung:PT Remaja Roesda Karya.
Fluka. 2003/2004. Laboratory Chemicals and Analytical Reagents. Singaopre : Sigma-Aldrich Pte Ltd. 102E Pasir Panjang Road.
Griffin, Brian. 2005. Laboratory Design Guide Third Edition. Great Britain:Elsevier.
Lindawati. 2010.  Strategi Inventaris Alat dan Bahan. (online)http//: blogspot.com/2010/04/strategi-inventarisasi-alat-dan-bahan. Html (diakses pada 27 April 2014).
Saputra, L. 2012. Kinerja Teknisi Laboratorium di  SMK Negeri Kelompok Teknologi dan  Rekayasa se Kabupaten Sleman (Skripsi). Yogyakarta:UGM.



1 komentar:

D
N
A
L
Y
S
A
T
N
A
F
S
I
S
I
H
T